Ich habe ein Auge geworfen

Mein Smartphone klingelte, das war eine Nachricht von einem Freund von mir. Ich kannte ihn, als ich in der Oberschule war. Er war muslim, nett, ruhig, verantwortlich, und was ich von ihm noch mochte, dass er nie rauchte. Das war super!

Ich glaube, er war ein guter Freund. Früher hatte er einen Wunsch, um Arzt zu werden. Leider konnte er das nicht reichen. Jetzt studiert er an einer besten Universität in Indonesien und später wird er als Journalist arbeiten. Er hat mir gesagt, dass er später sein Master in Deutschland machen wollte ( Ich warte auf ihn ). 

Einige letzte Monate, es konnte gesagt werden, dass ich noch mit ihm im Kontakt blieb. Er schickte mir Nachrichten und die Erste war immer meinen Spitznamen.
Danach antwortete ich und immer so bis einigen Tagen. Manchmal fragte er, wie es mir geht und manchmal fragte ich ihm über sein Studium. Als ich fragte, ob er mich vermisste oder nicht, sagte er nichts. Er sagte nicht ,,Ja" und nicht ,,Nein". Er sagte: ,,könnte sein". Eigentlich wollte ich, dass er mich vermissen würde.

Früher mochte ich ihm nur als ein Freund, weil ich wusste, dass er schon eine Freundin hatte. Jetzt ist das aber anders. Ich habe ein Auge geworfen. Ehrlich sagen, ich vermisse ihn und ich mag ihn.

Jetzt sind wir aber schon weit. Ich bin hier und er ist dort. Ich habe auch keine Ahnung, ob er gleiche Gefühle wie genauso ich hat. Ich hoffe ja, aber wie kann ich das wissen? Er schickt mir keine Nachricht mehr. Hat er schon ein gefunden? Schickt er mir sie nur, wenn er sich langweilig fühlt? Er hat keine Ahnung, um andere zu machen, deshalb ruft er mich an.

Er hatte zwei mal Geburtstag, während ich in Deutschland war. Ich gab ihm Geschenk wie Videos oder Fotos, die ich selbst machte. Hält er die Geschenke? Ich habe keine Ahnung. Letztes Jahr, als ich noch in Indonesien war, gab ich ihm ein Glas, damit er an mich erinnert konnte. Hält er das? Ich habe auch keine Ahnung.

Jetzt kann ich nur hoffen, dass wir uns noch treffen können, obwohl ich nicht genau weiß, wann das ist.

Ich hoffe, dass es ihm immer gut geht. Viel Erfolg bei seinem Studium und wenn er ein findet, ist sie die beste für ihn.

Bertahan dalam Diam

Langit masih dalam keadaan biru muda dengan sedikit goresan tinta kuning.Suara kicauan burung masih terdengar jelas dan merdu.Semua itu menandakan bahwa hari masih pagi dan malam masih membutuhkan waktu yang lama untuk datang.Begitulah kisah cerita kita,terlalu sedikit untuk diurai,masih hangat,belum begitu matang.Ibarat selembar kertas yang masih berwarna putih.

Saat itu memang kita disatu gedung,bahkan di dalam ruangan yang sama,tapi kita tak dekat.Entah apa yang salah saat itu.Sebagai seorang teman seharusnya kita dekat,seperti layaknya aku dengan temanku yang lain,begitu juga dengan dirimu.Aku hanya memandangimu,tapi itu bukan karena kamu menarik perhatianku.Sesekali aku melihat ketika kamu berbicara di depan kelas,disaat kita berpapasan dan disaat waktu pulang datang,disaat aku sedang menunggu jemputan.

Bagiku itu tidak begitu aneh,terkadang aku memang butuh waktu yang lama untuk bisa akrab dengan orang lain.Tapi kamu tau apa yang ganjil dengan kita?Ada hal yang tidak bisa aku deskripsikan,tidak bisa aku namai dan aku tidak tahu itu apa.Rasanya itu seperti ada sesuatu yang membuat aku bertanya,penasaran untuk mengenalmu.

Selama kurang lebih 360 hari kita bisa dikatakan bersama,tapi itu bukan 360 hari yang penuh.Kita hanya mempunyai kesempatan untuk bertemu 2 dari 7 hari yang ada.Selama itu pun kita mungkin hanya bertegur sapa dan untuk berbicarapun yang teringat oleh ku cuma satu kali.Saat itu aku sedang berdiri di gerbang menunggu jemputan.Salah seorang teman bertanya dimana aku akan melanjutkan sekolahku.Saat itu kau juga ada,entah kenapa,aku tak tau,mungkin hanya sekedar nimbrung mencoba mencairkan suasana.Aku menjelaskan tentang keputusanku untuk bersekolah di luar,merantau meninggalkan daerah tempat tinggalku.Kamu hanya membalas dengan senyuman yang aku tak mengerti maksudnya apa.

Begitulah hari-hari yang kita lalui,tanpa hal-hal khusus,seperti masih berada di dalam keasingan. Hingga di hari terakhir aku memutuskan untuk meminta kontak kalian semua.Aku teringat jika suatu saat nanti disaat kita telah berpisah,pasti aku merindukan kebersamaan kita.Tapi saat itu kelas kosong,cuma ada sekitar lima orang.Aku terlambat.

Saatnya hari yang baru ku mulai.Aku pergi tanpa berpamitan karena aku tak tahu menghubungi kalian dengan cara apa.Aku merasa semuanya selesai,mungkin dalam waktu yang sangat lama kita gak bakal ketemu dan berkomunikasi.Aku pergi dengan semua kenangan yang ada,melepaskan semuanya,membuka lembaran baru di negeri yang baru ini.

Setahun kemudian,satu per satu kontak aku miliki,termasuk kamu.Tapi semua masih seperti dulu,larut dalam diamnya,tak bersuara.Kebosanan menghampiriku,tak tau berbuat apa,akhirnya sapaan terlontar dari bibirku.Tak lama kamu membalasnya tapi hanya sesaat,karena kamu sedang sibuk dengan aktifitasmu.Tapi kamu tak hanya diam sampai disitu,berkata bahwa nanti bakal melanjutkannya.Awalnya aku merasa itu hanya sekeder ucapan,ternyata tidak.Malamnya kamu membalas pesan itu,hal yang menarik.

Sejak saat itu kita mulai saling bercerita,bernostalgia,berbagi cerita bahkan tak jarang kamu juga mengakui sesuatu yang tak pernah terlintas dipikiranku.Bercerita tentang apa yang kamu rasa selama ini,setahun yang lalu disaat kediaman itu menerpa.Awalnya aku kaget,tak menyangka tentang itu.Apa itu benar atau hanya sekedar gurauan.Terkadang aku tertawa,menyadari bahwa kamu pernah menjadi ''secret admirer''.

Sayangnya kamu tak mempunyai keberanian untuk itu.Bertahan dengan kediaman,dengan seganmu dengan gengsimu.Kamu melewatkan kesempatan yang ada.Sekarang semuanya berubah,begitu jauh jarak yang kita miliki,butuh banyak waktu jika ingin bertemu.

Sekarang kita bertemu dalam keadaan ynag berbeda.Begitulah Dia mengaturnya.Terkadang kamu datang secara tiba-tiba dikesunyian hariku.Keanehanmu,kegilaanmu membuatku tersenyum bahkan tak jarang kamu juga memberiku nasehat.

Aku tak tau mesti berkata apa jikalau kamu bertanya tentang apa yang aku rasa.Setidaknya sekarang aku merasa senang atas perhatian yang kamu berikan.Bersyukur karena masih ada orang selain keluarga yang peduli denganku.Walaupun aku tak tahu itu seperti apa adanya atau tidak,karena kita hanya berada di dalam dunia maya,yang apa saja bisa terjadi.

Tapi dibalik itu semua,jika itu benar adanya,terimakasih ku ucapkan.Jangan pernah berubah untuk itu.Jika itu tidak benar,aku juga mengucapkan terimakasih,karen kamu bersedia meluangkan waktumu untuk menghiburku.


Sekarang semuanya bertahan seperti ini,dengan kelanjutan yang tak jelas.Biarkan waktu yang menjawabnya.Kita lihat seperti apa Dia mengatur skenarionya.Berujung dengan kepahitan, kemanisan atau tak berasa sama sekali.

Naik dan Turun Gunung Pilatus dengan Total Waktu 13 Jam

Sejak SMA aku suka "pergi ke alam". Entah itu pergi ke gunung, goa atau hanya sekadar menginap di hutan. Tergabung dalam ekskul ...